Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti “Kekuatan”, dan “Bali” berarti “Pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.
Provinsi bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu aset devisa negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang pariwisatanya. Bali memang selalu memberikan pesonanya serta memiliki kesenian dan kebudayaan yang beraneka ragam.
Kebudayaan Bali
Kesenian dan kebudayaan yang ada di Bali menjadikan bali mempunya daya tarik yang kuat bagi para wisatawan yang datang ke daerah tersebut. Beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di Bali.
Pakaian adat Bali
Bali memiliki banyak macan atau varian dari pakaian adatnya. Untuk perempuan yang masih remaja menggunakan sanggul gonjer, sedangkan perempuan atau wanita dewasa menggunakan sanggul tagel, kemudian menggunakan sesentang atau kemben songket, Kain wastra, Sabuk prada (stagen) untuk membelit pinggul dan dada, Selendang songket bahu ke bawah, Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam, Beragam ornamen perhiasan, Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap. Untuk pria menggunakan ikat kepala atau udeg lalu menggunakan selendang pengikat atau umpal, kain kampuh, kain wastra, keris, sabuk, kemeja atau jas, serta ornament yang digunakan untuk menghiasi penampilan sang pria
Rumah adat Bali
Rumah adat Bali harus sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali ajaran terdapat pada kitab suci Weda yang mengatur soal tata letak sebuah bangunan yang hampir mirip dengan ilmu Feng Shui dalam ajaran Budaya China. Rumah adat Bali harus memenuhi aspek pawongan (manusia / penghuni rumah), pelemahan (lokasi / lingkungan) dan yang terahir parahyangan.
Pada umumnya rumah Bali di penuhi dengan pernak-pernik hiasan, ukiran serta warna yang alami lalu patung-patung symbol ritual. Bangunan Rumah Adat Bali terpisah-pisah manjadi banyak bangunan-bangunan kecil - kecil dalam satu area yang disatukan oleh pagar yang mengelilinginya. Seiring perkembangan jaman mulai ada perubahan pada bangunan dimana bangunannya tidak lagi terpisah-pisah.
Tari Bali
Bali memiliki berbagai macam jenis tarian daerah yang berasal dari daerah ini diantaranya :
Tari Pendet
Tari Pendet ini ditarikan sebagai tari selamat datang untuk menyambut kedatangan para tamu dan undangan dengan menaburkan bunga, dan ekspresi penarinya penuh dengan senyuman manis. Pada awalnya tarian ini digunakan pada acara ibadah di pura sebagai bentuk penyambutan terhadap dewa yang turun ke dunia.
Tari Panji Semirang
Tarian ini di mainkan oleh perempuan. Tari Panji Semirang adalah tarian yang menggambarkan seorang putri raja bernama Galuh Candrakirana, yang menyamar menjadi seorang laki-laki setelah kehilangan suaminya. Dalam pengembaraannya ia mengganti namanya menjadi Raden Panji.
Tari Condong
Tarian ini merupakan tarian yang cukup sulit untuk diragakan dan tarian ini memiliki durasi panjang. Tarian ini adalah darian klasik Bali yang memiliki gerakan yang sangat kompleks dan menggambarkan seorang abdi Raja
Tari Kecak
Tarian ini merupakan tarian yang sangat terkenal dari daerah Bali. Tarian ini dimainkan oleh puluhan laki-laki yang duduk bari melingkar. Tarian ini menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Alat Musik Daerah
Bali memiliki alat musik tradisional yang khas dari daerah ini, alat musik ini merupakan alat musik peninggalan turun menurun leluhur mereka, dan berikut beberapa alat musik tradisional Bali :
Gamelan Bali
Sama seperti daerah lain di Indonesia yang memiliki alat musik gmelan, Bali pun memiliki alat musik gamelan. Namun gamelan Bali ini memiliki perbedaan dengan gamelan daerah lain salah satunya yaitu ritme yang dimainkan pada gamelan Bali berjenis ritme yang cepat.
Rindik
Rindik merupakan alat musik khas Bali yang terbuat dari bambu yang bernada selendro. Alat musik ini dimainkan oleh 2 sampai 4 orang, 2 orang menabuh rindik sisanya meniup seruling. Alat musik ini digunakan untuk pementasan tarian jogged bumbung dan untuk acara pernikahan.
Kebiasaan Masyarakat Bali
Masyarakat Bali yang pada umumnya ramah tamah, dengan pola kehidupan yang bhineka atau plurarisme dan tidak terlalu banyak aturan ataupun fanatik terhadap suatu paham, memiliki adat istiadat yang selalu mereka pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka bisa hidup dengan kedamaian. Siapa tahu bagi anda yang kebetulan pertama kali datang ke Pulau Seribu pura ini, entah itu untuk liburan, tugas kantor, study ataupun berbisnis, ada perlunya mengetahui beberapa hal tentang kebiasaan masyarakat, selain mungkin tempat-tempat wisata yang indah di sepanjang perjalanan juga kebiasaan unik yang menarik.
Beberapa kebiasaan tersebut tersebut antara lain;
Mesaiban
Sebuah ritual kecil, yang dilakukan setiap pagi hari sehabis ibu-ibu selesai memasak di dapur, kebiasaan ritual ini sebelum makan, kebiasaan ini bisa sebagai wujud terima kasih atas apa yang telah dikaruniakan-Nya, dan juga sebagai sajian ke bhuta kala agar somya (tidak menggangu)
Ngejot
Kebiasaan bagi masyarakat untuk memberi dan diberi (berupa makanan). Bertujuan untuk menguatkan ikatan sosial di masyarakat, baik saudara maupun tetangga. Dilakukan saat salah satu keluarga ataupun masyarakat ada kegiatan upacara agama, kebiasaan ini juga dilakukan antara penduduk Bali Hindu dan non Hindu.
Kasta
Penggolongan masyarakat di Bali berdasarkan ras ataupun keturununan, digolongkan dari posisi yang paling atas; Brahmana, ksatria, Weisya dan Sudra. Yang mendominasi adalah Sudra (masyarakat biasa). Kelompok Sudra (mendominasi hampir 90%), di dalam berkomunikasidengan Brahmana, Ksatria dan Weisya, menggunakan tata bahasa Bali yang lebih halus. Begitu sebaliknya mereka akan menaggapi dengan halus pula.Kebiasaan sopan pada sesama apalai kepada orang yang lebih tua, dan pada kasta yang lebih tinggi. Menyangkut etika, sangat tidak sopan menunjukkan sesuatu dengan tangan kiri, lawan bicara bisa jadi tersinggung, apalagi menunjuk dengan kaki, lawan bicara bisa jadi emosi. Kalau toh hal itu harus dilakukan, bilang maaf terlebih dahulu, atau orang bali biasa bilang kata “tabik”.
Kata “Bli”
Penggunaan kata Bali kata ini cukup populer, kata yang digunakan memanggil orang lain yang lebih tua dari kita atau paling tidak seumur (bisa diartikan “Mas”) dengan tujuan penuh keakraban antar sesama. Namun jika anda menggunakan kata ini perhatikan Kasta mereka apakah dari kasta yang lebih tinggi, seperti namanya ada embel-embel seperti; Ida, I Gusti, Ida Bagus, Cokorde dan Anak Agung. Walaupun mereka tidak tersinggung dengan Kata ‘Bli” yang kita sebutkan tapi itikad kita menghargai orang lain, alangkah baiknya tidak menggunakan sebutan tersebut.
Karma Phala
Masyarakat hindu di Bali sangat meyakini sekali hukum karma phala ini yang. Karma Phala ini berarti kebaikan yang kita lakukan kebaikan pula yang akan kita dapatkan, begitu sebaliknya. Sehingga orang-orang untuk melakukan tindakan yang tidak baik harus berpikir tentang pahala yang akan mereka peroleh nantinya, diyakini pahalanya bisa dinikmati/ berimbas di kehidupan sekarang, di akhirat dan kehidupan berikutnya bahkan bisa sampai ke anak-cucu. Begitu besarnya hukum sebab akibat ini, sehingga di harapkan semua masyarakat bisa berbuat kebaikan.
Upacara adat Bali
Upacara Bukakak
Upacara Bukakak ialah upacara dalam rangka melakukan permohonan kepada Sanghyang Widhi Wasa untuk memberikan kesuburan kepada tanah-tanah pertanian mereka supaya hasil panennya berlimpah ruah. Kebiasaan dalam gelaran upacara unik ini dilakukan di desa adat dan tidak dilakukan di daerah-daerah lainnya di Bali. Jadi, bagi Anda yang ingin menyaksikan bagaimana upacara ini digelar bisa menyambangi desa adat Bali.
Masyarakat desa adat yang melaksanakan upacara ini adalah masyarakat agraris yang masih dengan setia memegang teguh adat istiadat dan kepercayaaan secara turun temurun yang diwariskan leluhur mereka, dan Salah satu warisan yang selalu dijaga, dipelihara dan dilakukan oleh masyarakat desa tersebut adalah ritual Upacara Bukakak. Upacara Bukakak sudah dilakukan sejak zaman dahulu dan masih terperihara hinggga sekarang, pada mulanya upacara ini dilakukan 1 tahun sekali, namun karena terkendala faktor biaya yang tidak sedikit, akhirnya upacara ini dilakukan setiap 2 tahun sekali.
Menjelang sebelum upacara Bukakak ini diadakan, ada persiapan lain yg dilakukan, yakni
Membersihkan perlengkapan upacara.
Upacara ngusaba umi diadakan di Pura Pelinggih.
Membuat Dangsil berbentuk segi empat yang terbuat dari pohon pinang, dengan rangkaian bambu dihiasi dengan daun enau tua yang dibuat bertingkat tingkat/berundak undak seperti anak tangga terdiri dari 7,9 dan 11 tingkat, ini semua melambangkan Tri Murti (Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa).
Mengadakan upacara Ngusaba di pura yang terdapat di desa setempat.
Upacara Gedenin di pura Subak
Upacara Ngaben
Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara Pelebon kepada orang yang meninggal dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui reinkarnasi atau kelahiran kembali. Status kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya.
Upacara ini biasanya dilakukan di hari-hari baik. Hari baik biasanya diberikan oleh para pendeta setelah melalui konsultasi dan kalender Bali yang ada. Persiapan biasanya diambil jauh-jauh sebelum hari baik ditetapkan. Pada saat inilah keluarga mempersiapkan “bade dan lembu” terbuat dari bambu, kayu, kertas yang beraneka warna-warni sesuai dengan golongan atau kedudukan sosial ekonomi keluarga bersangkutan.
Pagi hari sebelum upacara Ngaben dimulai, segenap keluarga dan handai taulan datang untuk melakukan penghormatan terakhir dan biasanya disajikan sekedar makan dan minum. Pada tengah hari, jasad dibersihkan dan dibawa ke luar rumah diletakkan di Bade atau lembu yang disiapkan oleh para warga Banjar, lalu diusung beramai-ramai, semarak, disertai suara gaduh gambelan dan “kidung” menuju ke tempat upacara. Bade diarak dan berputar-putar dengan maksud agar roh orang yang meningal itu menjadi bingung dan tidak dapat kembali ke keluarga yang bisa menyebabkan gangguan, dll.
Sesampainya di tempat upacara, jasad ditaruh di punggung lembu, pendeta mengujar mantra – mantra secukupnya, kemudian menyalakan api perdana pada jasad. Setelah semuanya menjadi abu, upacara berikutnya dilakukan yakni membuang abu tersebut ke sungai atau laut terdekat lalu dibuang, dikembalikan ke air dan angin. Ini merupakan rangkaian upacara akhir atas badan kasar orang yang meninggal, kemudian keluarga dapat dengan tenang hati menghormati arwah tersebut di pura keluarga, setelah sekian lama, arwah tersebut diyakini akan kembali lagi ke dunia.
Karena upacara ini memerlukan tenaga, biaya dan waktu yang panjang dan lumayan besar, hal ini sering dilakukan cukup lama setelah kematian.Untuk menanggung beban biaya, tenaga dan lain-lainnya, kini masyarakat sering melakukan pengabenan secara massal / bersama. Jasad orang yang meninggal sering dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi, namun bagi beberapa keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya dengan menyimpan jasad orang yang telah meninggal di rumah, sambil menunggu waktu yang baik.
Sumber : http://www.idtraveladdict.com/2016/01/kebudayaan-bali-pakaian-rumah-adat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar